Debu


Tubuhku membatu menunggumu
Tubuhku membeku menantimu.

Telah kucumbui ruasmu
disana tak juga kau tiba
Telah kutaati takdirku
disana tlah membekas pahatan dari derita.

Terpojok aku disudut gelap
menjilati tetesan darah dari luka kekasihku
aku tak berbentuk menjemputmu
remuk.

Kulihat bunyi bende perang menari diatas luka kesedihan
kusaksikan lomba manusia zaman badai berkhianat kepada angin
di matanya kulihat seekor anjing
meneteskan bunyi liurnya ke mulutku
mengutukiku
menghardikku
menyalakiku
lalu menjilat leherku
dan bicara mulutnya di depan mulutku:
"akulah dirimu yang tega menelan bangkai,
mencederai kekasihmu yang menunggui malamnya dengan doa-doa, yang menantimu dalam kibaran denting kesetiaan namun tlah kau benamkan anak panah pengabaianmu pada semua itu".

O, debu
Jilatilah tubuhku
aku sepertimu.

O, debu
Basuhlah aku
biarkan aku bisa kembali
mencumbui tubuh kekasihku yang tlah sunyi terkhianati.


Jakarta, 8 Mei 2010
-Janu W-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar