Pertanyaan Pertanyaan Sajak

Pada penghujung malam di atas aroma tanah tersiram hujan ini
sejujurnya kuakui tlah kuabaikan teguranmu wahai rembulan
membayangkan kecantikanmu aku takut
aku tidak siap menyusun pertanyaan
meski kutahu sekalipun kau akan selalu memberiku jawaban
bisa saja aku akan senang
tapi bisa juga aku sedih
Namun yang jelas pertanyaan selalu menghendaki jawaban.

Masih bolehkah anak-anak kami nanti memiliki harapan di tanahmu ini wahai leluhur dunia
sedangkan banyak mimpi-mimpinya dilarah oleh hukum besimu

Apakah masih boleh kami punya nasib bisa berubah
sedang kami tlah kehilangan bayangan perubahan
sebab kini wahai leluhur dunia
bayangan telah dibeli
diborong habis oleh kekayaan yang saudara kami tak miliki.

Aku hanya bisa mengajukan pertanyaan
pertanyaan sajak.

Jeritan-jeritan kegemparan kehidupan
dari keluh
lenguh
hingga luruh selaksa doa berhamburan keluar dari pesta sejenak rasa.

Pertanyaan sajak mencari jawabanmu
berdikari
atau terkoloni
semua ada dalam jawabanmu.

jawablah dengan mulut dan dayamu sendiri
kau bukan tamu di negeri sendiri
sudahi menjerit
semua pun tahu hidup rakyat sulit

ubahlah olehmu
kau rakyat
bukan penguasa
lihatlah disana petani-petani berseri saat panen tiba, kau akan tetap dipuja saat berjuta pemuda berhasil kau buat bekerja dan menjadi angkatan perangmu
perang untuk merubah keadaan
perang untuk mewujudkan jawaban atas pertanyaanmu

Yakinlah dan kamu akan bisa.

Lihatlah di pagi itu
begitu banyak embun berjejer menuju ujung daun
bangunlah dan saksikan mereka
lantas kau bawa serta dayamu bersamanya.

Sebentar lagi matahari  tropis kita akan berwarna jingga dan sambutlah hasilmu esok akan tiba. Nantikanlah dan teruslah bertanya dan kau jawab sendiri dengan karyamu
dengan imajinasimu
dan pada akhirnya pertanyaan sajakmu akan berlabuh di tepian perwujudan cita-cita.



Jakarta, 12 Januari 2010
(Diperbarui 2019)


-Janu Wijayanto-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar