Tanah Airku Tersandra

Aku menjagai perihku
menjagai sedu tanah air ku
menjagai tangis derita sesamaku tanpa pemberontakan atas ketiadaan
sudah semua berlalu begitu saja menaiki tiang gantungan bendera lupa.

Kakiku mendepa
ribuan hektar tanah kami
tanah air kami ini kaya kata para tetua
tetapi kini di tanah kami tidak boleh ada raja
semuanya paria.

Tembok-tembok kokoh bergembok telah berdiri
tanah budaya dilibas industri
lain itu terjual
tak kuasa membendung modal luar negeri.

Kulihat sebarisan burung menari di atas kepalaku
di balik pepohonan
dibalik cerita tentang hutan-hutan tumbang
lalu dibalik bayangan ribuan hektar lahan bercerita tanah air kepadaku tentang deritanya yang berjarak dengan petani.

Terpikat aku pada pemandangan laut
dibalik gunung
di balik pantai
disana ribuan barel minyak mengalir seperti air
diangkuti dan pergi lalu kembali lagi di jual kepada kami dengan harga tinggi tanpa subsidi.

Oo....

Di belakang tembok sekolah kudengar cerita guru
katanya negeri ini pernah seperti singa
katanya negeri ini hebat
tinggi pertumbuhan ekonomi
besar eksport komoditi
lalu akhirnya matilah industri dalam negeri.

Angin pun berbisik kepadaku
membawa sisa-sisa cerita dari derita sesama
katanya petani telah terbunuh.

Sundal peradaban telah menyandera anugerah agung
nurani sepi
nasib sendiri tiada peduli.

Aku menjagai perihku
menjagai sedu tanah air ku
menjagai tangis derita tanpa pemberontakan
sudah semua berlalu begitu saja tersandra pada tiang gantungan bendera lupa.


Kalimantan Barat, 14 Desember 2010

Janu W

Tidak ada komentar:

Posting Komentar