Selamat Sarapan Pagi Tuan Presiden



Pagi ini aku harus pergi meninggalkan rumahku
di kepalaku terlukis istri dan anakku meminta sesuap nasi untuk makan sore nanti
tak ada lauk anakku
sayur dari pekarangan itu sudah rejeki.


Selamat Sarapan Pagi Tuan Presiden
Engkau begitu santun mengagumkan
Takkan berani wajah kami menatapnya
Tak bisa membayangkan isi meja makanmu yang dijaga.

Buat apa kami ada
toh di hadapanmu kami hanya menjadi angka.



Sulawesi, 5 Juli 2010

-Janu W-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar