Tarian Dibalik Papan Rumbia

Ingin kusampaikan protes kegalauan kepada kuasa kata
Ingin kulepaskan anak panahku kepada kertas
Sampai terkulai tubuhku lemas tak berdaya lagi menyumbuimu
Hingga pagi.

Kukecup kening pagiku dalam sisa kopi
Nafasku beranjak kepada asap
Tubuhku membelai keberanian untuk meludahi siangku yang dikuasai terik dan peluh yang membasuh debu.

Siapakah kau yang telah menyuruhku percikkan basuh wudhu pada pagiku
Kau kah itu malaikat
Atau dewa dewi sesembahan leluhurku
Tubuhku terseret pada tubuh nenek tua di balik papan rumbia yang bersiap menghadapi harinya yang terinjak nafsu tamak jaman.

Aku menghadapmu Maha Raja Ku
Membawakanmu hadiah selembar kertas
Mengantar kegelisahan yang bersimpuh tanpa keluh
Seperti papan rumbia rumahnya, hidupnya renta sebatang kara tanpa perhatian dari negara.

-Janu Wijayanto-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar